Rabu, 15 Juni 2011

TOWARD SUSTAINABLE CONSTRUCTION IN INDONESIA

ISU STRATEGIS SUSTAINABILITAS KONSTRUKSI INDONESIA
1.       Konstruksi bangunan perlu mempehitungkan daya dukung alam (air tanah, sanitasi, potensi gempa, daya serap udara cemar, kebisingan)
2.       Konstruksi perlu mematuhi “tata ruang kota” untuk menjamin aksesibiltas angkutan, compact city, zonning fungsi kota.
3.       Naiknya penduduk kelas menengah menuntut bangunan dengan fasilitas budaya, rekreasi yang semakin tinggi sambil menghindari ketimpangan yang mencolok.
4.       Kebinekaan suku bangsa perlu menjadi ciri konstruksi bangunan khas daerah dengan isi modern.
5.       Energi efisien, turunkan energi intensitas dan jamin energi sekuriti jadi faktor strategis

INDIKATOR SUSTAINABILITAS PEMBANGUNAN
1.       Berkontribusi pada pembangunan ekonomi dengan menciptakan kerja, pendapatan, skill dan keterampilan
2.       Utamakan pembangunan sosial dengan menciptakan perumahan tempat memadukan kerja dan hidup, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan.
3.       Menunjang pengembangan lingkungan hijau, berkelanjutan, aman, nyaman, dan memperkaya kehidupan dengan green building code.
(Prof DR. Emil Salim, salah satu bapak bangsa Indonesia yang selalu berjuang di depan untuk Indonesia yang Berkelanjutan)

DAMPAK SEKTOR KONSTRUKSI PADA LINGKUNGAN SECARA GLOBAL
·         Menggunakan 33% sumber daya dunia
·         Menghasilkan 40% gas emisi greenhouse dunia
·         Menghasilkan 40% sampah padat dunia
·         Menggunakan 12% cadangan air dunia
·         Udara di area konstruksi 5 x lebih terpolutan dibanding di luar area konstruksi

INSTRUMEN EKONOMI HIJAU TERKAIT DENGAN KONSTRUKSI BERKELANJUTAN
Dari 19 Instrumen Ekonomi Hijau yang paling terkait dengan Konstruksi Berkelanjutan adalah:
1.       Pengadaan barang dan jasa ramah lingkungan hidup (green procurement).
Green procurement adalah upaya menetapkan kriteria-kriteria proses procurement dengan memasukkan pertimbangan-pertimbangan efisiensi dalam proses pascakonstruksi.
Biaya desain dan konstruksi green building 1,7 kali lebih mahal dibandingkan biaya konstruksi konvensional. Namun demikian, biaya operasi dan pemeliharaan lebih murah sehingga akan terjadi break event point setelah operasi dan pemeliharaan selama 7 tahun.
2.       Subsidi Lingkungan Hidup
Subsidi lingkungan hidup merupakan instrumen penting yang dapat mendistorsi pasar tidak normal terhadap inisiatif-inisiatif hijau, sehingga pasar hijau menjadi kompetitif.

KRITERIA UTAMA GREEN BUILDING
1.       Efisiensi  dan konservasi energi
2.       Konservasi air
3.       Kesesuaian dengan tata ruang.
4.       Kesehatan dan kenyaman dalam ruang.

TANTANGAN PENERAPAN GREEN BUILDING DI INDONESIA
1.       Kurang berpengalaman, tenaga ahli terakreditasi masih terbatas.
2.       Kurang memiliki keyakinan dalam mencoba teknologi baru, khawatir terhadap perubahan dan penerapan produk hijau dianggap mahal dan masih belum pantas.
3.       Kesadaran dan permintaan publik masih kurang; pengetahuan risiko lingkungan, sosial dan ekonomi pada bangunan konvensional yang tidak efisien masih sangat terbatas.
4.       Kebijakan ekonomi dan finansial belum mendukung.   

SERTIFIKASI GREEN BUILDING DI INDONESIA
Green Building Council Indonesia (GBCI) akan melakukan sertifikasi terhadap gedung-gedung di Indonesia. Sebagai pilot project akan dinilai 9 gedung baru, termasuk Gedung Kementerian PU, dan 7 gedung lama.

Efisiensi energi Gedung Kemen PU sekitar 40% lebih hemat dibandingkan indeks efisiensi energi rata-rata gedung-gedung di Indonesia. Energy Efficiency Index (EEI) Gedung Kemen PU diharapkan 151 kWh/m2.yr, sedangkan EEI rata-rata 250 kWh/m2.yr.   

UPAYA PENERAPAN KONSTRUKSI BERKELANJUTAN (Prof. Ir. Iswandi Imran, MA.Sc., Ph.D)
Tahap Perencanaan:
1.       Pemilihan sistem struktur yang efisien dalam penggunaan bahan konstruksi
2.       Pengembangan produk desain yang optimal namun kuat
3.       Penggunaan material konstruksi yang memiliki durabilitas tinggi
4.       Penerapan detail struktur yang memiliki daya tahan yang tinggi di lingkungannya
5.       Perencanaan struktur yang tahan terhadap risiko bencana

Tahap Pelaksanaan:
1.       Penerapan value engineering
2.       Efisiensi konsumsi semen dalam campuran beton.
3.       Pemanfaatan bahan buangan industri sebagai pengganti sebagian material pembuat beton.
4.       Reduksi penggunaan klinker dalam semen
5.       Pergeseran acuan waktu untuk penerimaan mutu beton.
6.       Reduksi sampah konstruksi

AGENDA 21 KONSTRUKSI BERKELANJUTAN INDONESIA
Dimaksudkan untuk:
1.       Acuan dalam penyebaran visi konstruksi berkelanjutan
2.       Kerangka berfikir bersama di antara para pemangku kepentingan
3.       Bahan dasar dalam penetapan agenda masing-masing pemangku kepentingan
4.       Kerangka berfikir dalam pengembangan lebih lanjut agenda taktis dan teknis yang lebih detail.

KERANGKA BERPIKIR KONSEP SUSTAINABILITAS KONSTRUKSI
1.       Dimensi tahapan konstruksi: Planning, Development, Design, Construction, Use & Operation, Maintenance, Modification, Decostruction
2.       Dimensi Sumber Daya Konstruksi: Land, Materials, Water, Energy, Ecosystem,
3.       Dimensi Prinsip-Prinsip Konstruksi Berwawasan Lingkungan: Reduce, Reuse, Recycle, Protect Nature, Eliminate Toxics, Life Cycle Costing, Quality

PARA PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM KONSTRUKSI BERKELANJUTAN INDONESIA
1.       Kelompok Pemerintah
2.       Kelompok Industri Konstruksi: Penyedia Jasa, Pengguna Jasa, Pemasok, dan Produsen
3.       Kelompok Peneliti Dan Pendidikan
4.       Kelompok Masyarakat

KONDISI PRASYARAT TERCAPAINYA KONSTRUKSI BERKELANJUTAN INDONESIA
1.       Prasyarat Teknologi
2.       Prasyarat Kelembagaan
3.       Prasyarat Sistem Nilai

AGENDA STRATEGI AKSI
1.       Pengembangan kapasitas
2.       Akses Pendanaan
3.       Kemitraan dan kerjasama
4.       Perbaikan intenal
5.       Dukungan implementasi
6.       Monitoring dan Evaluasi

LESSON LEARNED PENERAPAN SUSTAINABLE CONSTRUCTION DI SINGAPURA
Penerapan SC di Singapura difokuskan pada 2 aspek yaitu efisiensi tahap desain untuk mengoptimalkan penggunaan material alam, dan pengunaan material hasil daur ulang.
Strategi penerapan SC di Singapura sebagai berikut:
1.       Pemerintah berperan sebagai pemimpin
2.       Sektor privat didorong untuk menerapkan SC
3.       Kapasitas industri konstruksi dibangun
4.       Kesadaran masyarakat ditingkatkan
5.       Peraturan standar minimum diterbitkan

Pada tahun 2030 80% gedung-gedung di Singapura dapat disertifikasi oleh BCA Green Mark; dan tingkat penggunaan material daur ulang mencapai 70%.

LESSON LEARNED PENERAPAN SUSTAINABLE CONSTRUCTION DI SWEDIA
Negara Swedia sudah sangat maju dalam menerapkan Pembangunan Berkelanjutan.
Negara Swedia telah menetapkan pencapaian 16 Environmental Quality Objectives pada tahun 2020 sebagai berikut:
1.       Mengurangi dampak perubahan iklim
2.       Menciptakan udara yang lebih bersih
3.       Hanya menggunakan zat asam alam.
4.       Menciptakan lingkungan non-toxic
5.       Melindungi lapisan ozon
6.       Menciptakan lingkungan yang aman radiasi.
7.       Menghilangkan pengaruh eutrophication (perubahan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi pada badan air akibat intrusi zat nitogen dan phospor).
8.       Menjaga lingkungan sungai-sungai dan aliran-aliran air tetap tumbuh dengan baik.
9.       Menjaga dan meningkatkan kualitas air tanah
10.   Menjaga keseimbangan lingkungan laut, pesisir, dan kepulauan.
11.   Menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah berawa.
12.   Menciptakan hutan berkelanjutan.
13.   Menciptakan keragaman lansekap pertanian
14.   Menjaga keindahan lansekap pegunungan
15.   Menciptakan lingkungan terbangun yang baik
16.   Menjaga keragaman kehidupan hayati.

Negara Swedia telah menerapkan konsep Kota Berkelanjutan yang mencakup aspek:
1.       Nilai-nilai kearifan lokal terkait dengan sejarah budaya dan lingkungannya
2.       Adaptasi terhadap ketersediaan energi dan kondisi iklim
3.       Trafik dan transportasi
4.       Kualitas sosial dalam perencanaan
5.       Keamanan dan keselamatan
6.       Kesetaraan dan keterpaduan
7.       Demokrasi dan keterlibatan dalam berbagai proses pembangunan.
8.       Kesempatatan untuk akses ke berbagai sumber daya
9.       Kesempatan melakukan perjalanan yang menyenangkan
10.   Lingkungan hidup yang baik
11.   Kemudahan akses pada berbagai layanan yang telah disediakan
12.   Kesempatan berekreasi yang baik
13.   Kesehatan yang baik
14.   Kenyamanan dan kebanggaan dalam memiliki dan menunjukkan jati diri
15.   Efisiensi pemanfataan sumber daya
16.   Pengelolaan air permukaan
17.   Informasi iklim mikro
18.   Kehidupan yang efisien

Aspek yang dipersyaratkan dalam penerapan Green Building:
1.       Efisiensi energi
2.       Bebas dari material terpolusi dan tanah terkontaminasi.
3.       Pengendalian tingkat kelembaban dalam ruangan
4.       Pengendalian iklim mikro di dalam ruangan
5.       Pengendalian cahaya dalam ruangan
6.       Pengurangan dan pengendalian sampah bangunan.
7.       Pengendalian dalam tahap konstruksi
8.       Pengendalian dalam tahap pasca-konstruksi
9.       Pengendalian lokasi pengolahan sampah.

LESSON LEARNED PENERAPAN SUSTAINABLE CONSTRUCTION DI INGGRIS
The Behaviour Change Model
Enable:
·         Remove barriers
·         Give Information
·         Provide Facilities
·         Provide viable alternatives
·         Educate/train/provide skills
·         Provide capacity

Engage:
·         Community action
·         Co-production
·         Deliberative fora
·         Personal contacts/ enthusiasts
·         Media campaigns/ opinion formers
·         Use networks

Exemplifi:
·         Leading by example
·         Achieving consistency in policies

Encourage:
·         Tax system
·         Expenditure – grants
·         Reward schemes
·         Recognition/ peer pressure
·         Penalties, fines, and enforecement action

Kunci keberhasilan menuju sustainabilitas konstruksi di Inggris adalah:
1.       kebijakan pemerintah yang konsistem berupa legislasi dan pengaturan
2.       Tekanan pada dunia usaha untuk:
·                       - Meningkatkan keuntungan
·                       -  Mempertahankan keunggulan kompetitif
·                      - Memenuhi ekspetasi pemangku kepentingan
·                       -  Membangun imej, brand, dan reputasi
·                       - Respon kebijakan pengadaan yang diterbitkan oleh klien.

Pembelajaran untuk Pemerintah
·         Untuk mencapai konstruksi berkelanjutan dibutuhkan pendekatan inklusif dan kooperatif antara Pemerintah dan pelaku industri konstruksi
·         Isu keberlanjutan harus relevan dan didefiniskan secara jelas
·         Cara-cara yang berbeda untuk mengkatalisasikan perubahan perilaku:
o   Peraturan yang bersifat Mandatori vs vuluntari
o   Mengedepankan contoh nyata
·         Mempertimbangkan dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam rantai pasok: klien, desainer, kontraktor, pemasok material
·         Memberikan dukungan kepada para pelaku bisnis
·         Menetapkan target dan aksi yang diperlukan
·         Mengukur dan melaporkan kinerja yang telah dicapai

Pembelajaran untuk klien:
·         Cost saving seiring dengan penerapan konstruksi berkelanjuatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
·         Keuntungan-keuntungan lain termasuk memperkuat CSR
·         Mendorong aksi melalui proses pengadaan
·         Menetapkan target dan kebutuhan untuk team di lapangan
·         Dapat dipublikasikan dan dikaitkan

Pembelajaran untuk Industri Konstruksi:
·         Permasalahan bisnis yang jelas untuk lebih berkelanjutan
·         Pengembangan skill dan pemahaman
·         Pengukuran kinerja individual dan benchmark terhadap yang lainnya
·         Bekerja dengan pihak lain dalam rantai pasok
·         Praktis desain dan pelaksanaan berkelanjutan menjadi suatu norma.

Pembelajaran untuk Asosiasi dan Lembaga Industri Lainnya
·         Membentuk suatu hubungan penting antara pelaku industri dengan para pemangku kepentingan
·         Membantu penetapan isu kunci, mengidentifikasi aksi dan menetapkan target
·         Mengidentifikasi dan mendorong pengadopsian best practice
·         Menerbitkan standar melalui kesepakatan voluntari dan persetujuan yang bertanggung jawab.

Senin, 06 Juni 2011

24 Ruas Jalan Tol Strategis

24 Ruas Jalan Tol yang Terhambat Pembangunannya:
  1. Ngawi - Kertosono, 87, 02 km
  2. Solo - Mantingan - Ngawi, 90,10 km
  3. Gempol - Pandaan, 13,61 km
  4. Semarang - Solo, 75,70 km
  5. Kertosono - Mojokerto, 40,50 km
  6. Surabaya - Mojokerto, 36,27 km
  7. Gempol - Pasuruan, 33,73 km
  8. Cikampek - Palimanan, 116,00 km
  9. Pejagan - Pemalang, 57,50 km
  10. Pemalang - Batang, 39,00 km
  11. Batang - Semarang, 75,00 km
  12. Cibitung - Cilincing, 34,50 km
  13. Pasuruan - Probolinggo, 45,32 km
  14. Ciawi - Sukabumi, 54,00 km
  15. Cimanggis - Cibitung, 25,39 km
  16. Bogor Ring Road (Seksi II dan III), 7,15 km
  17. Serpong - Cinere, 10,14 km
  18. Cinere - Cimanggis, 14,70 km
  19. Cengkareng - Batuceper - Kunciran, 15,22 km
  20. Depok - Antasari, 21,55 km
  21. Kunciran - Serpong, 11,19 km
  22. Bekasi - Cawang - Kampung Melayu, 21,04 km
  23. Waru (Aloha) - Wonokromo - Tanjung Perak, 17,72 km
  24. JORR Seksi W2 Utara, 7 km
Daftar yang di bold, akan segera ditandatangani (7 Juni 2011).