Senin, 29 Juni 2009

Sinergi Dalam Penyelenggaraan Jembatan

Penyelenggaraan jembatan bentang panjang sering bersifat strategis. Banyak kepentingan yang terlibat dalam prosesnya. Kepentingan tersebut bukan hanya bersifat teknis, tetapi mencakup hal-hal nonteknis seperti: kebutuhan akan pencitraan, pemihakan kepada wilayah dan masyarakat tertentu, dsb. Oleh karena itu, permasalahan pada penyelenggaraan jembatan bentang panjang sering menjadi kompleks.

Pemangku kepentingan yang terlibat, antara lain: pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga pemberi bantuan dana, kelompok masyarakat setempat dan pemerhati konstruksi, perguruan tinggi, asoasiasi perusahaan dan profesi, dan tokoh masyarakat. Apa yang perlu disinergikan dan bagaimana mensinergikan berbagai pemangku kepentingan tersebut?

a. Kesepahaman atas tujuan rencana pembangunan jembatan

Iniator atau penanggung jawab kegiatan memberikan ruang seluas-luasnya kepada seluruh pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dalam perumusan tujuan pembangunan jembatan. Sebagai contoh, sejak tahun 1986, Departemen PU sudah menyampaikan idea pembangunan jembatan Selat Sunda. Idea ini terus bergaung. Memahami tujuan pembangunan jembatan tersebut sangat terkait dengan perkembangan wilayah sekitar jembatan, pada medio tahun 1990-an Pemerintah Provinsi Lampung, melalui Bappeda, proaktif untuk menyiapkan kajian awal yang hasilnya kemudian dibahas oleh berbagai kelompok masyarakat. Saat ini rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda sudah banyak di bahas di berbagai media massa. Berbagai kelompok masyarakat sudah banyak memberikan masukan terkait dengan manfaat dan risiko yang akan dihadapi.

b. Pemerintah berperan penuh dalam proses perencanaan umum

Penyusunan perencanaan umum adalah untuk mengkaji secara komprehensif berbagai aspek yang terkait dengan rencana pembangunan jembatan. Penyusunan perencanaan umum harus bebas dari konflik kepentingan. Oleh karena itu harus dilaksanakan oleh pemerintah. Kegiatan parsial dari perencanaan umum dapat dilakukan oleh sektor privat, tetapi pengintegrasian berbagai kegiatan parsial tersebut harus di bawah kendali Pemerintah.

c. Pelaksanaan studi kelayakan yang komprehensif, transparan dan akuntabel

Studi kelayakan adalah proses mensinergikan antara pencapaian tujuan dari sebuah ide pembangunan yang sudah disepakati secara luas dengan kapasitas sumber daya yang tersedia dan manfaat pembangunan. Kapasitas sumber daya untuk mencapai tujuan (dampak) terdiri dari potensi ketersediaan biaya, kapasitas lingkungan dan potensi ketersediaan teknologi. Manfaat pembangunan terkait langsung atau tidak langsung dengan berbagai komponen dalam mencapai tujuan pembangunan. Komponen langsung antara lain terdiri dari: pengguna jembatan baik individu maupun kelompok masyarakat. Komponen tidak langsung misalnya perkembangan wilayah, harga produk di pasar, daya saing produksi dan hasil bumi, tingkat kenyaman dan kesehatan masyarakat, dll. yang seluruhnya dapat dikuantifikasi. Proses yang transparan dan akuntabel sangat penting karena akan dinilai oleh seluruh pemangku kepentingan, khususnya para investor yang berminat.

d. Pemerintah berperan penuh dalam proses penyediaan lahan

Pembangunan infrastruktur publik termasuk jembatan bentang panjang adalah untuk kepntingan publik sehingga masyarakat diharapkan berpartisipasi dalam seluruh proses pembangunan. Lahan merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan proyek. Hasil pembelajaran dari pengalaman menunjukkan kegagalan dalam penyediaan lahan untuk mendukung proyek infrastruktur antara lain adalah kenaikan harga lahan yang tidak wajar karena ulah para spekulan tanah, dan ada sebagian kecil masyarakat yang tidak bersedia untuk berpartisipasi. Kebijakan yang telah diambil pemrintah untuk mengantisipasi permasalahan ini adalah dengan mengeluarkan peraturan dilarangnya transaksi tanah oleh masyarakat sebelum proyek dilaksanakan; diterbitkannya Keppres yang mengatur pelimpahan wewenang penerimaan ganti rugi pengambilan hak atas lahan kepada lembaga pengadilan apabila masih ada sebagian kecil masyarakat (< 20%) tidak bersedia lahannya dibebaskan.

e. Pemerintah berperan penuh dalam perumusan kinerja sistem penyelenggaraan yang mencakup kinerja input, proses, output dan outcome.

f. Perencanaan teknis, pelaksanaan, dan pengawasan dapat dilakukan oleh sektor privat

g. Audit kinerja sistem penyelenggaraan dilakukan oleh tim audit independen.

Kamis, 04 Juni 2009

Pelaksanaan K3 di Dep. PU

Mengapa pelaksanaan K3 sangat penting:

  • Di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, dan 160 juta penyakit akibat bekerja.
  • Di Indonesia terjadi 23 korban/ 100 ribu pekerja; 1,5 juta kasus pada periode 1978-2007; menimbulkan klaim asuransi Rp. 1,9 triliun; kejadian di sektor konstruksi 32% dan manufaktur 31,5%.

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dep. PU:

  1. Pengaturan K3 (Permen PU No. 09/PRT/M/2008)
  2. Penegakaan peraturan K3
  3. Persyaratan K3 dalam setiap kegiatan
  4. Setiap orang bertanggung jawab untuk menerapkan K3
  5. Identifikasi bahaya
  6. Penerapan Sistem Manajemen K3 (SM-K3)
  7. Peningkatan kompetensi K3
  8. Sosialisasi K3

Substansi Permen PU No. 09/PRT/M/2008

  • Tata cara penyusunan SM- K3 konstruksi bidang PU bagi penyedia jasa
  • Format rencana K3 kontrak
  • Format audit internal K3 konstruksi bagi penyedia jasa
  • Format tata cara penentuan tingkat risiko kegiatan

Pakta Komitmen K3 Dep. PU - Mitra Kerja

  1. Keteladanan untuk keselamatan
  2. Keutamaan untuk keselamatan
  3. Integrasi untuk keselamatan, yang mencakup: perencanaan, perancangan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pembongkaran.
  4. Kompetensi untuk keselamatan
  5. Pengetahuan untuk keselamatan

Peran PU dalam Penanganan Bencana

Saya menerima satu buku lagi dari Sekretariat BPKSDM yang berjudul "Peran PU dalam Penanganan Bencana". Buku ini membahas:
  • Konsep dan kebijakan PU dalam penanganan bencana
  • Penanganan bencana tsunami Aceh dan Nias
  • Penanganan bencana gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah
  • Penanganan bencana banjir di Jakarta
  • Penanganan bencana alam lumpur Sidoarjo Jawa Timur.

Buku ini sangat bermanfaat karena secara singkat menjelaskan penyebab bencana, kerusakan dan korban yang terjadi, permasalahan dan cara penanggulangan bencana, dan pembelajaran yang dapat dipetik.

Rabu, 03 Juni 2009

Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo

Saya telah menerima buku dari I Putu Artama Wiguna, PhD, salah seorang tim penulis buku Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo. Saya yakin penulisan buku sejenis ini akan sangat bermanfaat bagi perkembangan konstruksi di Indonesia. Setelah terbitnya buku ini, diharapkan akan terbit buku-buku sejenis lainnya, misalnya tentang Bencana TPA di Leuwi Gajah Jawa Barat dan Bencana Situ Gintung.

Isi buku tersebut mencakup:
  • Latar belakang penulisan buku
  • Sejarah perkembangan lumpur dari awal sampai saat buku diterbitkan
  • Fenomena geologi gunung lumpur (mudvolcano) dan semburan lumpur
  • Konsep manajemen bencana dalam penanggulangan lumpur secara terpadu dengan manajemen risiko bencana
  • Analisis penurunan tanah dan dampaknya
  • Analisis ancaman pencemaran air dan udara sebagai akibat semburan lumpur serta pembahasan dampaknya.
  • Analisis tingkat risiko disekitar daerah semburan lumpur
  • Hasil penelitian karakteristik fisik dan kimia lumpur
  • Alternatif pengaliran lumpur di permukiman dan analisis benefit cost ratio
  • Rencana ke depan dalam mengurangi bencana yang diakibatkan semburan lumpur.

Para mahasiswa dan praktisi dapat menggunakan buku tersebut khususnya dalam pembahasan studi kasus.